SISTEM FILE

NTFS

(NT File System) Sistem file tambahan untuk Sistem Operasi Windows NT, 2000 dan XP operating systems. NTFS merupakan system operasi yang lebih modern, dibandingkan dengan FAT32. Meningkatkan kinerja dan diperlukan pada penerapan sejumlah feature security (keamanan) dan pengaturan file dalam Sistem Operasi. For example, NTFS mendukung Active Directory domain names dan menyediakan enkripsi file (file yang disandikan/dikodekan). Izin dapat diatur pada level data daripada oleh folder, dan pengguna individu dapat diberi quota ruang harddisk. NTFS didisain untuk harddisk yang mempunyai aktifitas yang tinggi dan melakukan memperbaikan kerusakan harddisk disaat itu juga. Juga mendukung karakter Unicode dan memperbolehkan panjang nama file sampai dengan 255 karakter.

NTFS

NTFS atau New Technology File System adalah standar system file dari Windows NT dan penerus-penerusnya Windows 2000, Windows XP dan Windows Server 2003. Windows versi 95, 98, 98SE dan ME, tidak dapat membaca system file NTFS, walaupun ada utility khusus yang bertujuan untuk ini.

NTFS menggantikan system file FAT Microsoft terdahulu, digunakan pada MS-DOS dan versi awal Windows. NTFS mempunyai beberapa peningkatan di atas FAT seperti peningkatan dukungan untuk metadata dan penggunaan dari struktur data modern untuk meningkatkan kinerja, kehandalan dan utility ruang harddisk ditambah ekstensi tambahan seperti daftar keamanan akses control dan penulisan system file.

NTFS mempunyai tiga versi: v1.2 dibuat untuk NT 3.51 dan NT 4, v3.0 dibuat untuk Windows 2000 dan v3.1 dibuat untuk Windows XP dan Windows Server 2003. Versi-versi ini biasanya disebut sebagai v4.0, v5.0 dan v5.1. versi terbaru mempunyai feature tambahan: Windows 2000 memperkenalkan pemberian hak penggunaan ruang harddisk.

FAT32

Versi 32-bit dari system file FAT. Digunakan secara luas pada kebanyakan computer (PC), FAT32 diperkenalkan bersamaan dengan versi Windows 95 OEM Service Release 2 (OSR2) di tahun 1996. Mendukung partisi harddisk ukuran besar dan ukuran file dan mempunyai system keamanan dibanding dengan system file FAT16 awal. Pada saat terjadi kerusakan harddisk, dapat mengalokasikan kembali root directory pada harddisk dan menggunakan salinan cadangan dari table FAT. FAT32 juga mengurangi pemborosan cluster.

Berikut ini tabel perbandingan antara FAT16, FAT32 dan NTFS

FAT16

FAT32

NTFS

Ukuran Partisi maks

4 GB

2 TB

32 GB pada Win2000 dan XP

2TB+

Posted byfirman kurniawan at 6:41 AM 0 comments  

Protokol TCP/ IP

TCP / IP

Sejarah TCP/IP
Sejarah TCP/IP dimulainya dari lahirnya ARPANET yaitu jaringan paket switching digital yang didanai oleh DARPA (Defence Advanced Research Projects Agency) pada tahun 1969. Sementara itu ARPANET terus bertambah besar sehingga protokol yang digunakan pada waktu itu tidak mampu lagi menampung jumlah node yang semakin banyak. Oleh karena itu DARPA mendanai pembuatan protokol komunikasi yang lebih umum, yakni TCP/IP. Ia diadopsi menjadi standard ARPANET pada tahun 1983.

Untuk memudahkan proses konversi, DARPA juga mendanai suatu proyek yang mengimplementasikan protokol ini ke dalam BSD UNIX, sehingga dimulailah perkawinan antara UNIX dan TCP/IP.. Pada awalnya internet digunakan untuk menunjukan jaringan yang menggunakan internet protocol (IP) tapi dengan semakin berkembangnya jaringan, istilah ini sekarang sudah berupa istilah generik yang digunakan untuk semua kelas jaringan. Internet digunakan untuk menunjuk pada komunitas jaringan komputer worldwide yang saling dihubungkan dengan protokol TCP/IP.

Perkembangan TCP/IP yang diterima luas dan praktis menjadi standar defacto jaringan komputer berkaitan dengan ciri-ciri yang terdapat pada protokol itu sendiri yang merupakan keunggulun dari TCP/IP, yaitu :
  • Perkembangan protokol TCP/IP menggunakan standar protokol terbuka sehingga tersedia secara luas. Semua orang bisa mengembangkan perangkat lunak untuk dapat berkomunikasi menggunakan protokol ini. Hal ini membuat pemakaian TCP/IP meluas dengan sangat cepat, terutama dari sisi pengadopsian oleh berbagai sistem operasi dan aplikasi jaringan.
  •  Tidak tergantung pada perangkat keras atau sistem operasi jaringan tertentu sehingga TCP/IP cocok untuk menyatukan bermacam macam network, misalnya Ethernet, token ring, dial-up line, X-25 net dan lain lain.  Cara pengalamatan bersifat unik dalam skala global, memungkinkan komputer dapat mengidentifikasi secara unik komputer yang lain dalam seluruh Jaringan, walaupun jaringannya sebesar jaringan worldwide Internet. Setiap komputer yang tersambung dengan jaringan TCP/IP (Internet) akan memiliki address yang hanya dimiliki olehnya.
  • TCP/IP memiliki fasilitas routing dan jenis-jenis layanan lainnya yang memungkinkan diterapkan pada internetwork. Arsitektur dan Protokol Jaringan TCP/IP Dalam arsitektur jaringan komputer, terdapat suatu lapisan-lapisan ( layer ) yang memiliki tugas spesifik serta memiliki protokol tersendiri. ISO (International Standard Organization) telah mengeluarkan suatu standard untuk arsitektur jaringan komputer yang dikenal dengan nama Open System Interconnection ( OSI ). Standard ini terdiri dari 7 lapisan protokol yang menjalankan fungsi komunikasi antara 2 komputer. D

Walaupun jumlahnya berbeda, namun semua fungsi dari lapisan-lapisan arsitektur OSI telah tercakup oleh arsitektur TCP/IP. Adapun rincian fungsi masingmasing layer arsitektur TCP/IP adalah sbb :
Physical Layer (lapisan fisik) merupakan lapisan terbawah yang mendefinisikan besaran fisik seperti media komunikasi, tegangan, arus, dsb. Lapisan ini dapat bervariasi bergantung pada media komunikasi pada jaringan yang bersangkutan. bersifat fleksibel sehingga dapat mengintegralkan mengintegralkan berbagai jaringan dengan media fisik yang berbeda-beda.

Network Access Layer mempunyai fungsi yang mirip dengan Data Link layer pada OSI. Lapisan ini mengatur penyaluran data frame-frame data pada media fisik yang digunakan secara handal. Lapisan ini biasanya memberikan servis untuk deteksi dan koreksi kesalahan dari data yang ditransmisikan. Beberapa contoh protokol yang digunakan pada lapisan ini adalah X.25 jaringan publik, Ethernet untuk jaringan Etehernet, AX.25 untuk jaringan Paket Radio dsb.

Internet Layer mendefinisikan bagaimana hubungan dapat terjadi antara dua pihak yang berada pada jaringan yang berbeda seperti Network Layer pada OSI. Pada jaringan Internet yang terdiri atas puluhan juta host dan ratusan ribu jaringan lokal, lapisan ini bertugas untuk menjamin agar suatu paket yang dikirimkan dapat menemukan tujuannya dimana pun berada. Oleh karena itu, lapisan ini memiliki peranan penting terutama dalam mewujudkan internetworking yang meliputi wilayah luas (worldwide Internet). Beberapa tugas penting pada lapisan ini adalah:

  • Addressing, yakni melengkapi setiap datagram dengan alamat Internet dari tujuan. Alamat pada protokol inilah yang dikenal dengan Internet Protocol Address ( IP Address). Karena pengalamatan (addressing) pada jaringan TCP/IP berada pada level ini (software), maka aringan TCP/IP independen dari jenis media dan komputer yang digunakan.
  • Routing, yakni menentukan ke mana datagram akan dikirim agar mencapai tujuan yang iinginkan. Fungsi ini merupakan fungsi terpenting dari Internet Protocol (IP). Sebagai protokol yang bersifat connectionless, proses routing sepenuhnya ditentukan oleh jaringan. Pengirim tidak memiliki kendali terhadap paket yang dikirimkannya untuk bisa mencapai tujuan. Router-router pada jaringan TCP/IP lah yang sangat menentukan dalam penyampaian datagram dari penerima ke tujuan.

Transport Layer mendefinisikan cara-cara untuk melakukan pengiriman data antara end to end host secara handal. Lapisan ini menjamin bahwa informasi yang diterima pada sisi penerima adalah sama dengan informasi yang dikirimkan pada pengirim. Untuk itu, lapisan ini memiliki beberapa fungsi penting antara lain :
  • Flow Control. Pengiriman data yang telah dipecah menjadi paket-paket tersebut harus diatur sedemikian rupa agar pengirim tidak sampai mengirimkan data dengan kecepatan yang melebihi kemampuan penerima dalam menerima data.
  • Error Detection. Pengirim dan penerima juga melengkapi data dengan sejumlah informasi yang bisa digunakan untuk memeriksa data yang dikirimkan bebas dari kesalahan. Jika ditemukan kesalahan pada paket data yang diterima, maka penerima tidak akan menerima data tersebut. Pengirim akan mengirim ulang paket data yang mengandung kesalahan tadi. Namun hal ini dapat menimbulkan delay yang cukup berarti.
Pada TCP/IP, protokol yang dipergunakan adalah Transmission Control Protocol (TCP) atau User Datagram Protocol ( UDP ). TCP dipakai untuk aplikasi-aplikasi yang membutuhkan keandalan data, sedangkan UDP digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan panjang paket yang pendek dan tidak menuntut keandalan yang tinggi. TCP memiliki fungsi flow control dan error detection dan bersifat connection oriented. Sebaliknya pada UDP yang bersifat connectionless tidak ada mekanisme pemeriksaan data dan flow control, sehingga UDP disebut juga unreliable protocol. Untuk beberapa hal yang menyangkut efisiensi dan penyederhanaan, beberapa aplikasi memilih menggunakan UDP sebagai protokol transport. Contohnya adalah aplikasi database yang hanya bersifat query dan response, atau aplikasi lain yang sangat sensitif terhadap delay seperti video conference. Aplikasi seperti ini dapat mentolerir sedikit kesalahan (gambar atau suara masih bisa dimengerti), namun akan tidak nyaman untuk dilihat jika terdapat delay yang cukup berarti.

Application Layer merupakan lapisan terakhir dalam arsitektur TCP/IP yang berfungsi mendefinisikan aplikasi-aplikasi yang dijalankan pada jaringan. Karena itu, terdapat banyak protokol pada lapisan ini, sesuai dengan banyaknya aplikasi TCP/IP yang dapat dijalankan. Contohnya adalah SMTP ( Simple Mail Transfer Protocol ) untuk pengiriman e-mail, FTP (File Transfer Protocol) untuk transfer file, HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) untuk aplikasi web, NNTP (Network News Transfer Protocol) untuk distribusi news group dan lain-lain. Setiap aplikasi pada umumnya menggunakan protokol TCP dan IP, sehingga keseluruhan keluarga
protokol ini dinamai dengan TCP/IP.

Pengiriman dan Penerimaan Paket Data
Layer-layer dan protokol yang terdapat dalam arsitektur jaringan TCP/IPmenggambarkan fungsi-fungsi dalam komunikasi antara dua buah komputer. Setiaplapisan menerima data dari lapisan di atas atau dibawahnya, kemudian memprosesdata tersebut sesuai fungsi protokol yang dimilikinya dan meneruskannya ke lapisan
berikutnya. Ketika dua komputer berkomunikasi, terjadi aliran data antara pengirim
dan penerima melalui lapisan-lapisan di atas. Pada pengirim, aliran data adalah dari
atas ke bawah. Data dari user maupun suatu aplikasi dikirimkan ke Lapisan
Transport dalam bentuk paket-paket dengan panjang tertentu. Protokol
menambahkan sejumlah bit pada setiap paket sebagai header yang berisi informasi
mengenai urutan segmentasi untuk menjaga integritas data dan bit-bit pariti untuk
deteksi dan koreksi kesalahan.
Dari Lapisan Transport, data yang telah diberi header tersebut diteruskan ke
Lapisan Network / Internet. Pada lapisan ini terjadi penambahan header oleh
protokol yang berisi informasi alamat tujuan, alamat pengirim dan informasi lain
yang dibutuhkan untuk melakukan routing. Kemudian terjadi pengarahan routing
data, yakni ke network dan interface yang mana data akan dikirimkan, jika terdapat
lebih dari satu interface pada host. Pada lapisan ini juga dapat terjadi segmentasi
data, karena panjang paket yang akan dikirimkan harus disesuaikan dengan kondisi
media komunikasi pada network yang akan dilalui. Proses komunikasi data di atas
dapat dijelaskan seperti pada gambar berikut ini :
Data
Header
Header
Application Layer
Transport Layer
Internet Layer
Network Access Layer
Physical Layer
Header Data
Data
Data
Sinyal Listrik / Gelombang EM
Proses Enkapsulasi Data
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
Selanjutnya data menuju Network Access Layer (Data Link) dimana data
akan diolah menjadi frame-frame, menambahkan informasi keandalan dan address
pada level link. Protokol pada lapisan ini menyiapkan data dalam bentuk yang paling
sesuai untuk dikirimkan melalui media komunikasi tertentu.
Terakhir data akan sampai pada Physical Layer yang akan mengirimkan
data dalam bentuk besaran-besaran listrik/fisik seperti tegangan, arus, gelombang
radio maupun cahaya, sesuai media yang digunakan.
Di bagian penerima, proses pengolahan data mirip seperti di atas hanya
dalam urutan yang berlawanan (dari bawqah ke atas). Sinyal yang diterima pada
physical layer akan diubah dalam ke dalam data. Protokol akan memeriksa
integritasnya dan jika tidak ditemukan error t header yang ditambahkan akan
dilepas.
Selanjutnya data diteruskan ke lapisan network. Pada lapisan ini, address
tujuan dari paket data yang diterima akan diperiksa. Jika address tujuan merupakan
address host yang bersangkutan, maka header lapisan network akan dicopot dan
data akan diteruskan ke lapisan yang diatasnya. Namun jika tidak, data akan di
forward ke network tujuannya, sesuai dengan informasi routing yang dimiliki.
Pada lapisan Transport, kebenaran data akan diperiksa kembali,
menggunakan informasi header yang dikirimkan oleh pengirim. Jika tidak ada
kesalahan, paket-paket data yang diterima akan disusun kembali sesuai urutannya
pada saat akan dikirim dan diteruskan ke lapisan aplikasi pada penerima.
Proses yang dilakukan tiap lapisan tersebut dikenal dengan istilah
enkapsulasi data. Enkapsulasi ini sifatnya transparan. Maksudnya, suatu lapisan
tidak perlu mengetahui ada berapa lapisan yang ada di atasnya maupun di
bawahnya. Masing-masing hanya mengerjakan tugasnya. Pada pengirim, tugas ini
adalah menerima data dari lapisan diatasnya, mengolah data tersebut sesuai
dengan fungsi protokol, menambahkan header protokol dan meneruskan ke lapisan
di bawahnya.
Pada penerima, tugas ini adalah menerima data dari lapisan di bawahnya,
mengolah data sesuai fungsi protokol, mencopot header protokol tersebut dan
meneruskan ke lapisan di atasnya.
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
Internet Protocol
Internet Protocol (IP) berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang
tepat. Oleh karena itu Internet Protokol memegang peranan yang sangat penting
dari jaringan TCP/IP. Karena semua aplikasi jaringan TCP/IP pasti bertumpu kepada
Internet Protocol agar dapat berjalan dengan baik.
IP merupakan protokol pada network layer yang bersifat :
 Connectionless, yakni setiap paket data yang dikirim pada suatu saat akan
melalui rute secara independen. Paket IP (datagram) akan melalui rute yang
ditentukan oleh setiap router yang dilalui oleh datagram tersebut. Hal ini
memungkinkan keseluruhan datagram tiba di tempat tujuan dalam urutan yang
berbeda karena menempuh rute yang berbeda pula.
 Unreliable atau ketidakandalan yakni Protokol IP tidak menjamin datagram
yang dikirim pasti sampai ke tempat tujuan. Ia hanya akan melakukan best effort
delivery yakni melakukan usaha sebaik-baiknya agar paket yang dikirim tersebut
sampai ke tujuan.
Suatu datagram bisa saja tidak sampai dengan selamat ke tujuan karena
beberapa hal berikut:
 Adanya bit error pada saat pentransmisian datagram pada suatu medium
 Router yang dilewati mendiscard datagram karena terjadinya kongesti dan
kekurangan ruang memori buffer
 Putusnya rute ke tujuan untuk sementara waktu akibat adanya router yang down
Terjadinya kekacauan routing, sehingga datagram mengalami looping
IP juga didesain untuk dapat melewati berbagai media komunikasi yang
memiliki karakteristik dan kecepatan yang berbeda-beda. Pada jaringan Ethernet,
panjang satu datagram akan lebih besar dari panjang datagram pada jaringan publik
yang menggunakan media jaringan telepon, atau pada jaringan wireless. Perbedaan
ini semata-mata untuk mencapai throughput yang baik pada setiap media. Pada
umumnya, semakin cepat kemampuan transfer data pada media tersebut, semakin
besar panjang datagram maksimum yang digunakan. Akibat dari perbedaan ini,
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
datagram IP dapat mengalami fragmentasi ketika berpindah dari media kecepatan
tinggi ke kecepatan rendah (misalnya dari LAN Ethernet 10 Mbps ke leased line
menggunakan Point-to-Point Protocol dengan kecepatan 64 kbps). Pada router/host
penerima, datagram yang ter-fragmen ini harus disatukan kembali sebelum
diteruskan ke router berikutnya, atau ke lapisan transport pada host tujuan. Hal ini
menambah waktu pemrosesan pada router dan menyebabkan delay.
Seluruh sifat yang diuraikan pada di atas adalah akibat adanya sisi efisiensi
protokol yang dikorbankan sebagai konsekuensi dari keunggulan protokol IP.
Keunggulan ini berupa kemampuan menggabungkan berbagai media komunikasi
dengan karakteristik yang berbeda-beda, fleksibel dengan perkembangan jaringan,
dapat merubah routing secara otomatis jika suatu rute mengalami kegagalan, dsb.
Misalnya, untuk dapat merubah routing secara dinamis, dipilih mekanisme routing
yang ditentukan oleh kondisi jaringan dan elemen-elemen jaringan (router). Selain
itu, proses routing juga harus dilakukan untuk setiap datagram, tidak hanya pada
permulaan hubungan. Marilah kita perhatikan struktur header dari protokol IP
beserta fungsinya masing-masing.
Setiap protokol memiliki bit-bit ekstra diluar informasi/data yang dibawanya.
Selain informasi, bit-bit ini juga berfungsi sebagai alat kontrol. Dari sisi efisiensi,
semakin besar jumlah bit ekstra ini, maka semakin kecil efisiensi komunikasi yang
berjalan. Sebaliknya semakin kecil jumlah bit ekstra ini, semakin tinggi efisiensi
komunikasi yang berjalan. Disinilah dilakukan trade-off antara keandalan datagram
dan efisiensi. Sebagai contoh, agar datagram IP dapat menemukan tujuannya,
diperlukan informasi tambahan yang harus dicantumkan pada header ini. Struktur
header datagram protokol IP dapat dilihat pada gambar berikut.
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
Version
Header
Length
Type of Service Total Length of Datagram
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
0 1 2 3
Identification Flags Fragment Offset
Time to Live Protocol Header Checksum
Source Address
Destination Address
OPTIONS
Strict Source Route
Loose Source Route
Record Route
Timestamp
Security
Padding
DATA
Format datagram IP
Setiap paket IP membawa data yang terdiri atas :
 Version, yaitu versi dari protokol IP yang dipakai.
 Header Length, berisi panjang dari header paket IP dalam hitungan 32 bit word.
 Type of Service, berisi kualitas service yang dapat mempengaruhi cara
penanganan paket IP.
 Total length Of Datagram, panjang IP datagram total dalam ukuran byte.
 Identification, Flags, dan Fragment Offset, berisi data yang berhubungan
fragmentasi paket.
 Time to Live, berisi jumlah router/hop maksimal yang dilewati paket IP
(datagram). Nilai maksimum field ini adalah 255. Setiap kali paket IP lewat satu
router, isi dari field ini dikurangi satu. Jika TTL telah habis dan paket tetap belum
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
sampai ke tujuan, paket ini akan dibuang dan router terakhir akan mengirimkan
paket ICMP time exceeded. Hal ini dilakukan untuk mencegah paket IP terus
menerus berada dalam network.
 Protocol, mengandung angka yang mengidentifikasikan protokol layer atas
pengguna isi data dari paket IP ini.
 Header Checksum, berisi nilai checksum yang dihitung dari jumlah seluruh field
dari header paket IP. Sebelum dikirimkan, protokol IP terlebih dahulu
menghitung checksum dari header paket IP tersebut untuk nantinya dihitung
kembali di sisi penerima. Jika terjadi perbedaan, maka paket ini dianggap rusak
dan dibuang.
 Source Address dan Destination Address, isi dari masing-masing field ini cukup
jelas, yakni alamat pengirim dan alamat penerima dari datagram. Masing-masing
field terdiri dari 32 bit, sesuai panjang IP Address yang digunakan dalam
Internet. Destination address merupakan field yang akan dibaca oleh setiap
router untuk menentukan kemana paket IP tersebut akan diteruskan untuk
mencapai destination address tersebut. Struktur IP Address ini secara lebih jelas
akan diuraikan pada bagian selanjutnya.
 Pembagian Kelas IP Address
Pengertian
IP address digunakan sebagai alamat dalam hubungan antar host di internet
sehingga merupakan sebuah sistem komunikasi yang universal karena merupakan
metode pengalamatan yang telah diterima di seluruh dunia. Dengan menentukan IP
address berarti kita telah memberikan identitas yang universal bagi setiap interadce
komputer. Jika suatu komputer memiliki lebih dari satu interface (misalkan
menggunakan dua ethernet) maka kita harus memberi dua IP address untuk
komputer tersebut masing-masing untuk setiap interfacenya.
Format Penulisan IP Address
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik
setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat
dituliskan sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Jadi IP address ini mempunyai range dari
00000000.00000000.00000000.00000000 sampai
11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner
seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal
yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi
desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP
address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :
Format IP Address
Pembagian Kelas IP Address
Jumlah IP address yang tersedia secara teoritis adalah 255x255x255x255
atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan
internet di seluruh dunia. Pembagian kelas-kelas ini ditujukan untuk mempermudah
alokasi IP Address, baik untuk host/jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu.
IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID)
dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari
network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu
network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net
ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network
bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian
network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP address dibagi
ke dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E.
Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A
Desimal
Biner
167 205 206 100
10100111 11001101 11001110 01100100
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung oleh tiap
jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara umum, kelas D
digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keprluan eksperimental.
Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan
menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan
dengan cara berikut :
Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan
panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari
0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat
menampung sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan untuk
jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat dilukiskan pada
gambar berikut ini:
0-127 0-255 0-255 0-255
0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhhh
Bit-bit Network Bit-bit Host
IP address kelas A
 Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu
bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya
adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address
167.205.26.161, network ID = 167.205 dan host ID = 26.161. Pada. IP address
kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx,
yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host
atau sekitar 65 ribu host.
128-191 0-255 0-255 0-255
10nnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh
Bit-bit Network Bit-bit Host
IP address kelas B
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
 IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti
LAN. Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri dari
24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network
dengan masing-masing network memiliki 256 host.
192-223 0-255 0-255 0-255
110nnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
Bit-bit Network Bit-bit Host
IP address kelas C
 IP address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit pertama IP
address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara
224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group
yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah
network ID dan host ID.
 IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit pertama IP
address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.
Sebagai tambahan dikenal juga istilah Network Prefix, yang digunakan untuk
IP address yang menunjuk bagian jaringan.Penulisan network prefix adalah dengan
tanda slash “/” yang diikuti angka yang menunjukkan panjang network prefix ini
dalam bit. Misal untuk menunjuk satu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan
penulisan 167.205/16. Angka 16 ini merupakan panjang bit untuk network prefix
kelas B.
Address Khusus
Selain address yang dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis
address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk
pengenal host. Address tersebut adalah:
Network Address. Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada
jaringan Internet. Misalkan untuk host dengan IP Address kelas B 167.205.9.35.
Tanpa memakai subnet (akan diterangkan kemudian), network address dari host ini
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
adalah 167.205.0.0. Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2
segmen terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi
routing pada Internet. Router cukup melihat network address (167.205) untuk
menentukan ke router mana datagram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip
dengan dalam proses pengantaran surat, petugas penyortir pada kantor pos cukup
melihat kota tujuan pada alamat surat (tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk
menentukan jalur mana yang harus ditempuh surat tersebut.
Broadcast Address. Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi
yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti
diketahui, setiap datagram IP memiliki header alamat tujuan berupa IP Address dari
host yang akan dituju oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka
hanya host tujuan saja yang memproses datagram tersebut, sedangkan host lain
akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim datagram kepada
seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus membuat
replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan
meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi datagramdatagram
tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host
cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network
akan menerima datagram tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network
yang sama harus memiliki broadcast address yang sama dan address tersebut tidak
boleh digunakan sebagai IP Address untuk host tertentu.
Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima datagram :
pertama adalah IP Addressnya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast
address pada network tempat host tersebut berada.
Broadcast address diperoleh dengan membuat bit-bit host pada IP Address menjadi
1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast
addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP Address tersebut
dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255).
Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing.
Multicast Address. Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan
untuk komunikasi antar host, yang menggunakan datagram-datagram unicast.
Artinya, datagram/paket memiliki address tujuan berupa satu host tertentu. Hanya
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
host yang memiliki IP address sama dengan destination address pada datagram
yang akan menerima datagram tersebut, sedangkan host lain akan
mengabaikannya. Jika datagram ditujukan untuk seluruh host pada suatu jaringan,
maka field address tujuan ini akan berisi alamat broadcast dari jaringan yang
bersangkutan. Dari dua mode pengiriman ini (unicast dan broadcast), muncul pula
mode ke tiga. Diperlukan suatu mode khusus jika suatu host ingin berkomunikasi
dengan beberapa host sekaligus (host group), dengan hanya mengirimkan satu
datagram saja. Namun berbeda dengan mode broadcast, hanya host-host yang
tergabung dalam suatu group saja yang akan menerima datagram ini, sedangkan
host lain tidak akan terpengaruh. Oleh karena itu, dikenalkan konsep multicast.
Pada konsep ini, setiap group yang menjalankan aplikasi bersama mendapatkan
satu multicast address. Struktur kelas multicast address dapat dilihat pada Gambar
berikut.
224-239 0-255 0-255 0-255
1110xxxx xxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx
Struktur IP Address Kelas Multicast Address
Untuk keperluan multicast, sejumlah IP Address dialokasikan sebagai
multicast address. Jika struktur IP Address mengikuti bentuk
1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx (bentuk desimal 224.0.0.0 sampai
239.255.255.255), maka IP Address merupakan multicast address. Alokasi ini
ditujukan untuk keperluan group, bukan untuk host seperti pada kelas A, B dan C.
Anggota group adalah host-host yang ingin bergabung dalam group tersebut.
Anggota ini juga tidak terbatas pada jaringan di satu subnet, namun bisa mencapai
seluruh dunia. Karena menyerupai suatu backbone, maka jaringan muticast ini
dikenal pula sebagai Multicast Backbone (Mbone).
 Aturan Dasar Pemilihan network ID dan host ID
Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan network ID dan host
ID yang digunakan :
 Network ID tidak boleh sama dengan 127
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback yakni IP
address yang digunakan oleh suatu komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.
 Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini
merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan.
 Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network
digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu host.
 Host ID harus unik dalam suatu network.
Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.
 Subnetting
Untuk beberapa alasan yang menyangkut efisiensi IP Address, mengatasi
masalah topologi network dan organisasi, network administrator biasanya
melakukan subnetting. Esensi dari subnetting adalah “memindahkan” garis pemisah
antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa bit dari
bagian host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Address satu
network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini
menciptakan sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum
host yang ada dalam tiap network tersebut.
Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media
fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan
berbagai network dengan media fisik yang berbeda hanya jika setiap network
memiliki address network yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang Network
Administrator dapat mendelegasikan pengaturan host address seluruh departemen
dari suatu perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya
dalam mengatur keseluruhan network.
Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit
(subnet mask ) kepada IP Address. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP
Address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
yang “ditutupi” (masking) oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan
diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan
masking ( on ), sedangkan bit 0 tidak aktif ( off ). Sebagai contoh kasus, mari kita
ambil satu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Ilustrasinya dapat dilihat
Tabel berikut :
44 132 1 20
00101100 10000100 00000001 00010100
255 255 0 0
11111111 11111111 00000000 00000000
44 132 0 0
00101100 10000100 00000000 00000000
44 132 255 255
00101100 10000100 11111111 11111111
IP Address
Subnet Mask
Network Address
Broadcast Address
Subnetting 16 bit pada IP Address kelas A
Dengan aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor
host adalah 132.1.20. Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16
juta host yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan akan
diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit 255.255.0.0.( Hexa = FF.FF.00.00
atau Biner = 11111111.11111111.00000000.00000000 ). Perhatikan bahwa pada 16
bit pertama dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0.
Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang dikenakan subnet
mask tersebut akan dianggap sebagai network bit. Nomor network akan berubah
menjadi 44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang
langsung terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host.
Subnet mask di atas identik dengan standard IP Address kelas B. Dengan
menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat 256
network baru dengan kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B.
Penerapan subnet yang lebih jauh seperti 255.255.255.0 ( 24 bit ) pada kelas A
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
akan menghasilkan jumlah network yang lebih besar ( lebih dari 65 ribu network )
dengan kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host. Network kelas C juga
dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan menerapkan subnet mask
yang lebih tinggi seperti untuk 25 bit (255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192),
27 bit ( 255.255.255.224) dan seterusnya.
Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi interface. Penerapan subnet
mask pada IP Address akan mendefinisikan 2 buah address baru, yakni Network
Address dan Broadcast Address. Network address didefinisikan dengan menset
seluruh bit host berharga 0, sedangkan broadcast address dengan menset bit host
berharga 1. Seperti yang telah dijelasakan pada bagian sebelumnya, network
address adalah alamat network yang berguna pada informasi routing. Suatu host
yang tidak perlu mengetahui address seluruh host yang ada pada network yang
lain. Informasi yang dibutuhkannya hanyalah address dari network yang akan
dihubungi serta gateway untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai
subnetting, network address dan broadcast address dapat dilihat pada Tabel di
bawah. Dari tabel dapat disimpulkan bagaimana nomor network standard dari suatu
IP Address diubah menjadi nomor subnet / subnet address melalui subnetting.
IP Address Network
Address
Standard
Subnet Mask Interpretasi Broadcast
Address
44.132.1.20 44.0.0.0 255.255.0.0(16
bit)
Host 1.20 pada
subnet
44.132.0.0
44.132.255.255
81.150.2.3 81.0.0.0 255.255.255.0
(24 bit)
Host 3 pada
subnet
81.50.2.0
81.50.2.255
167.205.2.100 167.205.0.0 255.255.255.12
8 (25 bit)
Host 100 pada
Subnet
167.205.2.0
167.205.2.127
167.205.2. 130 167.205.0.0 255.255.255.19
2 (26 bit)
Host 130 pada
subnet
167.205.2.128
167.205.2.191
Beberapa kombinasi IP Address, Netmask dan network number
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
Subnetting hanya berlaku pada network lokal. Bagi network di luar network
lokal, nomor network yang dikenali tetap nomor network standard menurut kelas IP
Address.
 Desain LAN
Metode Perencanaan LAN
Sekarang kita akan membahas bagaimana merencanakan suatu LAN yang
baik. Tujuan utamanya untuk merancang LAN yang memenuhi kebutuhan pengguna
saat ini dan dapat dikembangkan di masa yang akan datang sejalan dengan
peningkatan kebutuhan jaringan yang lebih besar.
Desain sebuah LAN meliputi perencanaan secara fisik dan logic .
Perencanaan fisik meliputi media yang digunakan bersama dan infrastruktur LAN
yakni pengkabelan sebagai jalur fisik komunikasi setiap devais jaringan. Infrastruktur
yang dirancang dengan baik cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan sekarang
dan masa datang.
Metode perencanaan LAN meliputi :
 Seorang administrator network yang bertanggung jawab terhadap jaringan.
 Pengalokasian IP address dengan subnetting.
 Peta letak komputer dari LAN dan topologi yang hendak kita gunakan.
 Persiapan fisik yang meliputi pengkabelan dan peralatan lainnya.
Di antara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan LAN adalah
lokasi fisik itu sendiri. Peta atau cetak biru bangunan-bangunan yang akan
dihubungkan serta informasi jalur kabel (conduit) yang ada dan menghubungkan
bangunan-bangunan tersebut sangat diperlukan. Jika peta seperti ini tidak ada maka
perlu digambarkan peta dengan cara merunut kabel-kabel yang ada. Secara umum
dapat diasumsikan bahwa pengkabelan yang menghubungkan bangunan-bangunan
atau yang melewati tempat terbuka harus terdapat di dalam conduit. Seorang
manajer jaringan harus menghubungi manajer bangunan untuk mengetahui aturanaturan
pengkabelan ini sebab manajer bangunan yang mengetahui dan
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
bertanggung jawab atas bangunan tersebut. Pada setiap lokasi (yang dapat terdiri
dari beberapa bangunan) harus ditunjuk seorang manajer jaringan. Manajer jaringan
harus mengetahui semua konfigurasi jaringan dan pengkabelan pada lokasi yang
menjadi tanggung jawabnya. Pada awalnya tugas ini hanya memakan waktu sedikit.
Namun sejalan dengan perkembangan jaringan menjadi lebih kompleks, tugas ini
berubah menjadi tugas yang berat. Jadi sebaiknya dipilih orang yang betul-betul
berminat dan mau terlibat dalam perkembangan jaringan.
Pengalokasian IP Address
Bagian ini memegang peranan yang sangat penting karena meliputi
perencanaan jumlah network yang akan dibuat dan alokasi IP address untuk tiap
network. Kita harus membuat subnetting yang tepat untuk keseluruhan jaringan
dengan mempertimbangkan kemungkinan perkembangan jaringan di masa yang
akan datang. Sebagai contoh, sebuah kantor memasang jaringan internet via V-SAT
mendapat alokasi IP addres dari INTERNIC (http://www.internic.net) untuk kelas B
yaitu 167.205.xxx.xxx. Jika diimplementasikan dalam suatu jaringan saja (flat), maka
dengan IP Address ini kita hanya dapat membuat satu network dengan kapasitas
lebih dari 65.000 host. Karena letak fisik jaringan tersebar (dalam beberapa
departemen dan laboratorium) dan tingkat kongesti yang akan sangat tinggi, tidak
mungkin menghubungkan seluruh komputer dalam kantor tersebut hanya dengan
menggunakan satu buah jaringan saja (flat). Maka dilakukan pembagian jaringan
sesuai letak fisiknya. Pembagian ini tidak hanya pada level fisik (media) saja, namun
juga pada level logik (network layer), yakni pada tingkat IP address.. Pembagian
pada level network membutuhkan segmentasi pada IP Address yang akan
digunakan. Untuk itu, dilakukan proses pendelegasian IP Address kepada masingmasing
jurusan, laboratorium dan lembaga lain yang memiliki LAN dan akan
diintegrasikan dalam suatu jaringan kampus yang besar. Misalkan dilakukan
pembagian IP kelas B sebagai berikut :
 IP address 167.205.1.xxx dialokasikan untuk cadangan
 IP address 167.205.2.xxx dialokasikan untuk departemen A
 IP address 167.205.3.xxx dialokasikan untuk departemen B
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
 Ip address 167.205.4.xxx dialokasikan untuk unit X
 dsb.
Pembagian ini didasari oleh jumlah komputer yang terdapat pada suatu
jurusan dan prediksi peningkatan populasinya untuk beberapa tahun kemudian. Hal
ini dilakukan semata-mata karena IP Address bersifat terbatas, sehingga
pemanfaatannya harus diusahakan seefisien mungkin.
Jika seorang administrator di salah satu departemen mendapat alokasi IP
addres 167.205.48.xxx, maka alokasi ini akan setara dengan sebuah IP address
kelas C karena dengan IP ini kita hanya dapat membentuk satu jaringan
berkapasitas 256 host yakni dari 167.205.9.0 sampai 167.205.9.255.
Dalam pembagian ini, seorang network administrator di suatu lembaga
mendapat alokasi IP Address 167.205.9.xxx. Alokasi ini setara dengan satu buah
kelas C karena sama-sama memiliki kapasitas 256 IP Address, yakni dari
167.205.9.0 sampai dengan 167.205.9.255. Misalkan dalam melakukan instalasi
jaringan, ia dihadapkan pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
 Dibutuhkan kira-kira 7 buah LAN.
 Setiap LAN memiliki kurang dari 30 komputer.
Berdasarkan fakta tersebut, ia membagi 256 buah IP address itu menjadi 8
segmen. Karena pembagian ini berbasis bilangan biner, pembagian hanya dapat
dilakukan untuk kelipatan pangkat 2, yakni dibagi 2, dibagi 4, 8, 16, 32 dst. Jika kita
tinjau secara biner, maka kita mendapatkan :
Jumlah bit host dari subnet 167.205.9.xxx adalah 8 bit (segmen terakhir). Jika
hanya akan diimplementasikan menjadi satu jaringan, maka jaringan tersebut dapat
menampung sekitar 256 host.
Jika ia ingin membagi menjadi 2 segmen, maka bit pertama dari 8 bit segmen
terakhir IP Address di tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking
keseluruhan menjadi 24 + 1 = 25 bit. Bit untuk host menjadi 7 bit. Ia memperoleh 2
buah sub network, dengan kapasitas masing-masing subnet 128 host. Subnet
pertama akan menggunakan IP Address dari 167.205.9.(0-127), sedangkan subnet
kedua akan menggunakan IP Address 167.205.9.(128-255).
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
Tabel Pembagian 256 IP Address menjadi 2 segmen
Karena ia ingin membagi menjadi 8 segmen, maka ia harus mengambil 3 bit
pertama ( 23 = 8) dari 8 bit segmen terakhir IP Address untuk di tutup (mask)
menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 3 = 27 bit. Bit
untuk host menjadi 5 bit. Dengan masking ini, ia memperoleh 8 buah sub network,
dengan kapasitas masing-masing subnet 32 (=25) host. Ilustrasinya dapat dilihat
pada Tabel 2-4 berikut :
167 205 9 xxx
10100111 11001101 00001001 xxxxxxxx
11111111 11111111 11111111 11100000
10100111 11001101 00001001 000xxxxx
10100111 11001101 00001001 001xxxxx
10100111 11001101 00001001 010xxxxx
10100111 11001101 00001001 011xxxxx
10100111 11001101 00001001 100xxxxx
10100111 11001101 00001001 101xxxxx
10100111 11001101 00001001 110xxxxx
10100111 11001101 00001001 111xxxxx
0-31
32-63
64-95
96-127
128-159
160-191
192-223
224-255
Byte Akhir
Panduan Lengkap Membangun Server Menggunakan Linux SuSE 9.1
Studi Kasus :
Anda sebagai penanggungjawab jaringan di suatu kantor yang mempunyai 3 buah
departemen mendapat alokasi IP dari suatu ISP (Internet Service Provider)
167.205.9.10xxxxxx (8 bit terakhir adalah biner). Jika jumlah host tiap-tiap
departemen diperkirakan tidak lebih dari 13 buah dan masing masing departemen
akan dibuat jaringan lokal (LAN) tersendiri, coba anda tentukan :(semua host
mendapat alokasi IP asli)
 Subnet yang harus dibuat
 Network address
 Broadcast address
Penyelesaian :
 Subnet yang harus dibuat adalah : 11111111.11111111.11111111.11110000
atau 255.255.255.240.
 Terdapat network address sbb :
167.205.9.10000000
167.205.9.10010000
167.205.9.10100000
167.205.9.10110000
 Terdapat broadcast address sbb:
167.205.9.10001111 = 167.205.9.143
167.205.9.10011111 = 167.205.9.159
167.205.9.10101111 = 167.205.9.175
167.205.9.10111111 = 167.205.9.191

Posted byfirman kurniawan at 4:12 AM 0 comments  

Teknik Subneting


Penghitungan Subneting

Subnetting adalah termasuk materi yang banyak keluar di ujian CCNA dengan berbagai variasi soal. Juga menjadi momok bagi student atau instruktur yang sedang menyelesaikan kurikulum CCNA 1 program CNAP (Cisco Networking Academy Program). Untuk menjelaskan tentang subnetting, saya biasanya menggunakan beberapa ilustrasi dan analogi yang sudah kita kenal di sekitar kita. Artikel ini di tulis untuk rekan-rekan yang sedang belajar jaringan, yang mempersiapkan diri mengikuti ujian CCNA, dan yang sedang mengikuti pelatihan CCNA .

Sebenarnya subnetting itu apa dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.

Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:


Konsep seperti inilah sebenarnya konsep subnetting itu. Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut.


Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS.


Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:

CLASS OKTET PERTAMA SUBNET MAS DEFAULT PRIVATE ADDRESS
A 1-127 255.0.0.0 10.0.0.0-10.255.255.255
B 128-191 255.255.0.0 172.16.0.0-172.31.255.255
C 192-223 255.255.255.0 192.168.0.0-192.168.255.255

Penghitungan Subnetting
subnetrouter2.JPGSetelah anda membaca artikel Konsep Subnetting dan memahami konsep Subnetting dengan baik. Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:

Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?

Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).

Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:

  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
  5. Subnet

    192.168.1.0

    192.168.1.64

    192.168.1.128

    192.168.1.192

    Host Pertama

    192.168.1.1

    192.168.1.65

    192.168.1.129

    192.168.1.193

    Host Terakhir

    192.168.1.62

    192.168.1.126

    192.168.1.190

    192.168.1.254

    Broadcast

    192.168.1.63

    192.168.1.127

    192.168.1.191

    192.168.1.255

Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.

Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.

Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).

Penghitungan:

  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
  5. Subnet

    172.16.0.0

    172.16.64.0

    172.16.128.0

    172.16.192.0

    Host Pertama

    172.16.0.1

    172.16.64.1

    172.16.128.1

    172.16.192.1

    Host Terakhir

    172.16.63.254

    172.16.127.254

    172.16.191.254

    172.16.255.254

    Broadcast

    172.16.63.255

    172.16.127.255

    172.16.191.255

    172.16..255.255

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).

Penghitungan:

  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet

172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 172.16.255.255

Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan ;)

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.

Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.

Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).

Penghitungan:

  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet

10.0.0.0 10.1.0.0 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 10.254.255.255 10.255.255.255

Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat ;)

Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x - 2









































Posted byfirman kurniawan at 3:04 AM 0 comments  

Arsitektur Jaringan 3G


C-phone menuju 3G


Trend teknologi wireless mendatang adalah teknoogi wireless generasi 3 (3G). Ada dua teknologi yang kini sedang dikembangkan untuk memenuhi 3G yaitu WCDMA yang dikembangkan di Eropa dan cdma2000 yang dikembangkan oleh US. C-phone yang menggunakan teknologi cdmaOne mempunyai jalur migrasi ke 3G yang jelas yaitu menggunakan cdma2000. Artikel ini akan mengupas C-phone yang menggunakan taknologi cdmaOne dan jalur migrasi ke 3G.

Desain Fungsional Sistem

C-Phone menggunakan teknologi cdmaOne dengan arsitektur A+ (IS-634). Arsitektur A+ menggunakan CBSC (Centralized Base System Controller) sebagai base site controllernya. Arsitektur A+ digunakan untuk mendukung applikasi full mobility, dimana dimungkinkan pergerakan pelanggan antar site, antar CBSC dan antar MSC.



Komponen utama dari sistem C-Phone terdiri dari switching, CBSC, BTS dan Terminal.


Switching

Switching yang digunakan adalah Mobile Switch Centre, direncanakan untuk seluruh Jawa Timur hanya menggunakan satu switch dengan kapasitas 250.000 sst.

Fungsi dari MSC :

Ø Call Routing

Ø Call Processing

Ø Directory Number Translation

Ø Billing

Ø Roaming

Ø Interkoneksi

Ø Features


BSC (Base Station Controller)

Base Station Controller (BSC) dapat berupa CBSC. CBSC yang terhubung dengan Operations and Maintenance Center-Radio (OMCR) merupakan interface ke jaringan termasuk juga ke semua sel site dalam area layanannya. OMCR berfungsi sebagai interface ke sistem dan menyediakan manajemen konfigurasi, fault detection, security dan manajemen performansi. Setiap OMCR dapat menangani sampai delapan CBSC.


CBSC terdiri dari dua komponen yaitu Transcoder dan Mobility Manager (MM).

Transcoder berfungsi sebagai:

- Terminasi span line dari BTS dan switching.

- Supervisi dan grooming traffic dan link kontrol.

- Translasi dari sinyal QCELP ke 64 kbps PCM dan sebaliknya.


Transcoder terdiri dari vocoder, multiple serial interface, kiloport switch, dan generic processor cards. Sedangkan Mobility Manager berperan dalam pengotrolan kanal radio termasuk call setup, channel assignment, overhead messages dan signaling.


Fungsi dari Operations and Maintenance Center-Radio (OMCR) diantaranya :

- Fasilitas window based untuk sistem operasi dan maintenance

- Manajemen Alarm dan Event

- Manajemen Performansi

- Data collection Management

- Fault Management


Disamping itu, untuk menangani layanan data dan fax, diperlukan adanya IWU (Interworking Unit) yang terhubung ke CBSC atau WAM.


Base Transceiver Station (BTS)

Fungsi dasar dari Base Transceiver Station (BTS) adalah menangani radio interface ke terminal pelanggan dan melakukan routing voice atau data traffic dari dan ke switching. BTS berfungsi juga untuk menciptakan network interface ke BSC untuk pengiriman dan penerimaan voice atau data, serta menginformasikan alarms dan self-diagnostic routines untuk fault management.


Terminal

Dalam C-phone ada dua jenis terminal Fixed Wireless Terminal (FWT) dan Handheld. FWT digunakan aplikasi telepon fixed seperti halnya telepon rumah. FWT merupakan penghubung antara terminal telepon biasa dengan sistem C-phone. Telepon bisa dihubungkan dengan FWT melalui port RJ 11. Bila perlu dengan menggunakan splitter adapter, FWT dapat diparalel untuk 3 buah telepon biasa. Kabel penghubung FWT dengan telepon bisa diperpanjang hingga 100 m. Hal ini memungkinkan peletakan FWT pada tempat dengan penerimaan sinyal dari BTS yang cukup bagus - seperti dekat dengan jendela – sehingga telepon memperoleh kualitas sinyal terbagus pula.


FWT dilengkapi juga dengan batere cadangan, sehingga ketika catuan daya dari sumber listrik jatuh, maka secara otomatis FWT mengambil catu daya dari batere. Batere FWT dapat memberikan catu daya hingga enam jam.



Selain untuk komunikasi suara, FWT juga dilengkapi dengan modem untuk komunikasi data Komputer atau Lap Top dapat dihubungkan dengan FWT dengan melalui port RJ45. Untuk sistem C-phone FWT mampu melayani komunikasi data dengan kecepatan hingga 14.4 Kbps. Handheld adalah terminal yang dapat dipergunakan untuk aplikasi telepon bergerak terbatas seukuran dengan yang dipakai dalam telepon selular. Daya pancar dari terminal ini adalah 0.2 Watt.


Standar Kualitas Layanan C-Phone

Kualitas suara yang sangat jernih dari C-Phone karena didukung oleh:

- teknologi vocoder 8 kbps EVRC yang memungkin kualitas setara dengan vocoder 13 kbps sementara kapasitas sistem setara dengan vocoder 8 kbps.

- Soft handoff, path diversity, precise power control, advance error detector and correction.


Security

Security dari sistem CDMA relatif tinggi karena menggunakan teknologi spread spectrum yang awalnya digunakan untuk secure communication untuk keperluan militer. Sistem Voice Coding CDMA sangat unik karena menggunakan kode-kode untuk identifikasi pelanggannya.


Drop Call

Sistem CDMA memungkinkan berkurangnya terputusnya pembicaraan (drop call) karena adanya soft handoff. Soft handoff ini memungkinkan suatu panggilan dilayani oleh lebih dari satu sektor atau sel.


Kemampuan Fax dan Data

Sistem C-Phone dapat mendukung fax dan kecapatan data sampai 14.4 kbps dan sistem ini dapat dikembangkan sampai 64 kbps (IS-95B) tanpa tambahan hardware di BTS.


Sistem Parameter C-Phone

Kinerja jaringan C-Phone sangat ditentukan oleh design awal dari sistem tersebut. Paramater desain sistem meliputi GOS (Grade of Service), Erlang/susbcriber, SHF (Soft Hand Factor), dan BHCA/subscriber. Sebagai contoh parameter sistem design yang digunakan untuk system CPhone di Surabaya adalah sebagai berikut :


Parameter pada BTS meliputi :

- GOS (Grade of Service) : 2%

- Erlangs / subs = 60 mE

- SHF (Soft Handoff Factor) = 45%


Parameter pada CBSC meliputi:

- 2.0 BHCA/subscriber

- E1 span interface to BTS

- 4:1 transcoding efficiency from BTS to CBSC

- 8kbps EVRC vocoder


Tetapi parameter – parameter di atas tergantung pada kebutuhan.


Spectrum Yang Dibutuhkan

Satu carrier CDMA membutuhkan 1.23 MHz dan 0.02 MHz guard band terhadap carrier yang lain seperti yang terlihat digambar. Carrier CDMA 1.23 MHz adalah akibat dari chip rate yang digunakan oleh kode Pseudo-random Noise (PN).



Perencanaan Frekuensi

Perencanaan Frekuensi dalam sistem C-Phone yang menggunakan teknologi CDMA, sangat sederhana jika dibandingkan dengan teknologi selular lain yang berbasis TDMA (GSM) dan FDMA (Analog). Teknologi CDMA memungkinkan carrier yang sama digunakan disetiap sector atau sel site (N=1) dengan demikian menghemat alokasi frekuensi yang digunakan. Sedangkan pada teknologi selular yang lain harus membutuhkan reuse factor tertentu. Pada sistem selular lain, penambahan sel baru sering mempersulit pengembangan sistem karena membutuhkan perencanaan frekuensi yang rumit dan sering perlu dilakukan fine tuning karena adanya sel baru. Hal tersebut tidak berlaku pada sistem C-Phone. Sel baru pada sistem CDMA atau C-Phone dapat ditempatkan lebih bebas dengan menggunakan frekuensi yang sama. Perencanaan frekuensi pada sistem C-Phone bisa dikatakan hampir tidak diperlukan.


Kapasitas Sistem C-Phone dan Soft Blocking

Secara teoritis ada dua hal yang mambatasi jumlah kanal maksimum yang dapat didukung oleh satu carrier CDMA. Hard limit dari jumlah maksimum kanal adalah jumlah maksimum dari Walsh codes yang dapat di-assign pada setiap sektor (64 Walsh Code). Hal kedua yang pada kenyataannya menjadi pembatas dari kapasitas sistem C-Phone adalah keterbatasan teknologi dan variable lingkungan.

Pada kanal forward terdapat kanal pilot yang dipancarkan oleh setiap sektor atau sel site dan digunakan sebagai referensi untuk coherent demodulasi bagi semua terminal pelanggan. Kanal pilot adalah sinyal unmodulated dan menggunakan zeroth Walsh code yang terdiri dari 64 buah bit 0. Pemilihan code zeroth ini, adalah untuk memudahkan terminal untuk meng-acquire system lebih cepat. Jumlah maksimum dari code adalah 64 buah yang digunakan untuk kanal pilot, kanal sinkronisasi, maksimum 7 kanal paging, dan maksimum 55 kanal traffic (TCH). Jika dilihat dari struktur pengkodean ini, bandwith sebesar 1.23 MHz dapat mendukung 55 kanal traffic. Dalam kenyataannya, karena adanya interferensi dalam spektrum, kualitas suara dan Frame Error Rate (FER) yang diinginkan akan sulit dicapai kalau ke-55 TCH terpakai semua. Meski demikian, kapasitas sistem C-Phone CDMA masih lebih besar jika dibandingkan dengan kapasitas sistem lain. Tabel 1 berikut menunjukkan kapasitas dari berbagai sistem.

Tabel 1. Perbandingan Kapasitas Sistem



Seperti terlihat pada tabel 1, kapasitas sistem CDMA tergantung pada jenis applikasinya. Kapasitas untuk applikasi fixed WLL lebih tinggi dari kapasitas sistem mobile. Tidak seperti pada sistem TDMA dan FDMA, blocking pada sistem CDMA akan terjadi ketika jumlah total pelanggan pada sel/sektor yang melayani dan pada sel tetangganya telah menimbulkan interferensi yang melebihi densitas back ground noise yang telah ditentukan. Mekanisme ini disebut sebagai soft blocking. Apabila diasumsikan bahwa sistem tidak dibatasi oleh jumlah hardware yang disediakan, maka sistem performance Eb/No, voice activity factor, spread spectrum bandwidth, baud rate, dan level maksimum interferensi yang diperbolehkan akan menentukan blocking pada CDMA. Kemungkinan blocking dapat diperkecil dengan menurunkan kualitas service sehingga jumlah maksimum pelanggan yang dapat secara simultan berbicara meningkat.


Soft Handoff dan Softer Handoff

Soft handoff adalah suatu kondisi dimana suatu panggilan akan dilayani oleh lebih dari satu sel. Dalam kondisi ini, suatu panggilan akan ditambahkan pada sel target tanpa terlebih dahulu emutus panggilan tersebut dari sel asal. Multi sel handoff seperti ini hanya bisa terjadi pada kanal yang berfrekuensi sama.

Soft handoff akan berfungsi seperti mode diversity, yang akan meningkatkan sistem performansi dalam kondisi adanya flat fading dan delay spread yang rendah. Soft handoff memungkinkan kondisi transisi yang mulus ketika suatu panggilan akan dipindahkan untuk dilayani oleh sel lain. Daya pancar yang dipancarkan oleh base station dan terminal pelanggan dalam kondisi ini akan menjadi lebih rendah jika dibandingkan jika tidak adanya soft handoff sehingga soft handoff akan mengurangi interferensi pada sistem yang akan meningkatkan kapasitas sistem dan life time dari battery terminal.

Karena dimungkinkannya suatu panggilan untuk dilayani oleh lebih dari satu kanal dari sel yang berbeda, maka dalam desain sistem ada suatu parameter soft handoff factor (SHO) yang akan menunjukkan prosentasi jumlah kanal overhead yang harus ditambahkan karena adanya soft handoff. Soft handoff (SHO) yang digunakan dalam sistem desain akan mempengaruhi jumlah kanal total yang harus disediakan untuk melayani traffic pada sistem CDMA. Softer handoff adalah suatu proses dimana suatu panggilan dilayani oleh lebih dari satu sector dalam satu sel yang sama. Pelanggan yang berada dalam sektor yang saling overlap, secara koheren akan menjumlahkan sinyal dari kedua sector. Softer handoff tidak membutuhkan adanya kanal elemen tambahan (tidak seperti pada soft handoff).


Dynamic Equipment Sharing

Dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam sektorisasi cell CDMA adalah:

- Dynamic Equipment Sharing

- Gain Sektorisasi

Dalam arsitektur BTS pada sistem C-Phone, kanal trafik dalam satu carrier tidak di-assign untuk melayani panggilan di sektor tertentu saja tetapi dapat digunakan untuk melayani panggilan pada setiap sektor. Fleksibilitas ini memungkinkan kanal-kanal dalam setiap sektor sel menjadi resource pool yang besar untuk sel. Fitur ini disebut dynamic equipment sharing, yang memberikan sebuah keuntungan efisiensi trunking pada group kanal yang terpisah. Single pool yang besar memerlukan lebih sedikit kanal trafik total untuk memungkinkan pelayanan trafik. Sektorisasi gain didefinisikan sebagai sebuah faktor pengali kapasitas yang dapat dicapai dalam satu sel dengan mewujudkan sebuah site yang tersektorisasi. Karena frekuensi carrier yang sama dipakai oleh setiap sektor, kapasitas sel site akan meningkat dalam secara keseluruhan oleh faktor pengali ini. Besar faktor ini bervariasi tergantung pada pertimbangan desain tertentu tetapi biasanya sekitar 2.4. Sebagai contoh site dengan configurasi omni dapat memberikan 21 kanal trafik efektif, dan saat disektorisasi dapat mendukung 51 kanal trafik efektif dengan factor sektorisasi 2.4.


Sistem Numbering Plan

Pembangunan infrastruktur teknologi CDMA harus diikuti oleh perencanaan Penomoran (numbering plan), yang merupakan prosedur utama dalam network telekomunikasi. Struktur penomoran mengikuti aturan ITU-T E.164 (ISDN) dan ITU-T E.212 (IMSI) sebagai berikut:

Kode Area + Kode Wilayah + Nomor Lokal

Nomor Lokal terdiri dari 7 digit, seperti pada sistem C-Phone Surabaya dengan awalan 9xx xxxx

Rencana penomoran di Jawa Timur:

Surabaya Area : 99x xxxx , 98x xxxx , 97x xxxx

Malang Area : 94x xxxx , 93x xxxx

Madiun Area : 92x xxxx

Jember : 91x xxxx

Spare : 96x xxxx , 95x xxxx , 90x xxxx


Pendukung Operasi

Dalam implementasi C-phone perlu adanya sistem pendukung operasi, antara lain:

Pendukung operasi BTS :

1. Shelter atau existing room

2. Power Suply 27 Volt

3. AC 2 Buah masing-masing 2 PK.

4. Antena

5. Kabel Feeder

6. Tower


Pendukung Operasi CBSC

1. Span E1 ke BTS

2. Span ke NIU

3. Power Supply -48 Volt

4. Air Condition (AC)

Pendukung Operasi NIU

1. Span ke PSTN dan Trunk

2. Power Suply

3. Air Condition (AC)


Konsep Migrasi ke Teknologi 3G

Teknologi CDMA adalah teknologi yang tercanggih. Produsen-produsen peralatan telekomunikasi terkemuka telah memutuskan untuk menggunakan teknologi CDMA sebagai teknologi generasi ke tiga (3G), yaitu teknologi tanpa kabel yang mampu mengirimkan data pada kecepatan hingga 2 Mbps. Teknologi generasi ke tiga ini adalah cdma2000 pada band frekuensi PCS dan W-CDMA pada band frekuensi UMTS.


Jalur Migrasi

Jalur migrasi dari cdmaOne ke 3G adalah seperti terlihat pada gambar 4.




Dalam konfigurasi saat ini, jaringan akses radio dihubungkan dengan PSTN melalui Mobile Switching Center. Saat ini, layanan komunikasi data diberikan dengan menggunakan sekumpulan modem yang tergabung dalam Inter-Working Unit (IWU). Hubungan modem ini akan mem-bypass vocoder dan menghubungkan jaringan data melalui jaringan PSTN. Dalam hal ini jaringan data tidak terhubung langsung dengan Jaringan Akses Radio.

Langkah selanjutnya dalam jalur migrasi menuju generasi ke tiga adalah membuat hubungan langsung antara jaringan data dengan Radio Access Network (RAN). Hubungan ini dibentuk melalui packet IWU, dimana IWU bukan merupakan modem lagi, melainkan merupakan interface dengan jaringan data. Standar IS-95B yang diimplementasikan pada tahun 2000 telah menggunakan konsep ini. Dalam konfiguras seperti gambar 11, kecepatan komunikasi data telah dapat mencapai 64 kbps. Sistem IS- 95B masih menggunakan RAN yang sama dengan IS-95A dengan beberapa tambahan interface pada MSC untuk memenuhi beberapa fungsi seperti misalnya authentication. Langkah berikutnya dalam perkembangan jaringan CDMA adalah standar IS-95C yang terdiri dari 1XRTT dan 3XRTT. Dengan standar IS-95C, maka kecepatan data dapat mencapai 144 Kbps hingga 2 Mbps tergantung dari aplikasinya. Jaringan IS-95C adalah jaringan data. Konsep komunikasi data melalui IP telah menjadi dasar dari jaringan IS95C. Jaringan data telah meliputi hingga Radio Access Network (RAN).

Perkembangan terakhir teknologi CDMA adalah teknologi 1XTREME. Teknologi 1XTREME mampu memberikan layanan komunikasi data dan suara yang terintegrasi dengan kecepatan hingga 5,2 Mbps pada sebuah carrier CDMA sebesar 1,25 MHz. Dengan teknologi ini, operator mampu menempuh jalur migrasi yang sangat ekonomis. Dengan kecepatan data setinggi ini, maka layanan suara, data dan multimedia dapat diberikan secara real time pada jaringan cdma2000. Para Pelanggan dapat dengan mudah menjelajahi internet, mengakses e-mail dan menikmati layanan multimedia seperti video dan permainan selama dalam perjalanan.




Jaringan IP

Kecepatan mikroprosesor yang bertambah cepat membuat kemampuan jaringan dta (IP) bertambah kuat dan mengungguli jaringan circuit. Dengan membesarnya kapasitas switch dan semakin kompleksnya kebutuhan masyarakat dalam layanan telekomunikasi, beberapa operator besar di dunia telah beralih untuk mengembangkan jaringan data lebih daripada jaringan circuit. Dengan mengembangkan jaringan data, operator-operator tersebut mengharapkan keuntungan sebagai berikut :

Mampu memberikan layanan yang memberikan lebih banyak penghasilan, seperti misalnya e-commerce.

2) Menambah kesetiaan pelanggan dengan menawarkan layanan-layanan khusus yang sangat penting, seperti informasi darurat (kemacetan, bencana alam) dan permintaan pertolongan.

3) Menghemat biaya operator dengan mengefisienkan sumber daya kanal-kanal dan switch.

4) Mampu memberikan layanan data paket, seperti internet dan intranet.

5) Memberikan waktu akses yang lebih cepat dengan menghilangkan proses handshake dan negosiasi pada modem.

6) Memberikan fleksibilitas dalam billing, seperti tagihan berdasarkan jumlah paket data selain daripada tagihan berdasarkan lama dan jarak pembicaraan.


Dengan menggunakan jaringan CDMA generasi ke tiga, maka operator mampu memberikan layanan komunikasi data dengan kecepatan yang sebanding dengan akses-akses fiber optic. Jaringan ini mampu melayani segmen bisnis yang memerlukan layanan prima melebihi segmen rata-rata. Layanan-layanan seperti informasi penting yang diberikan melalui intranet dapat dipenuhi pada tempat-tempat di luar kantor dan selama perjalanan.






Dalam konfigurasi jaringan ke tiga seperti terlihat dalam gambar di atas, jaringan data telah meliputi hampir semua segmen hingga jaringan akses. Jaringan IP Transport dengan mudah dapat dihubungkan dengan internet melalui sebuah gateway lain. Arsitektur jaringan seperti terlihat dalam gambar di atas telah mampu memberikan layanan full mobility. Beberapa komponen yang telah digunakan pada generasi sebelumnya hanya perlu diupgrade secara software untuk dapat digunakan pada jaringan ini. Pada gambar 6. tersebut ditunjukkan pula kemampuan jaringan untuk melayani beragam jenis teknologi akses baik fixed maupun mobile yang telah ada sebelumnya.


Terminal Pelanggan

Sejalan dengan kemampuan jaringan untuk memberikan layanan data, maka terminal pelanggan generasi ke tiga akan memiliki berbagai bentuk. Selain daripada telepon genggam pintar (smartphone) dengan ukuran lebih kecil dan kemampuan untuk menjelajah internet, terdapat pula videophones, wrist communicators, palmtop computers dan card modem radio (wireless) untuk portable computer. Juga terdapat kamera digital yang langsung mengirimkan hasilnya secara real time dan Personal Digital Assistance (PDA) yang memiliki fungsi yang lebih canggih dari organizer-organizer elektronik sekarang. Peralatan-peralatan ini telah dapat dikendalikan dengan suara (voice-based interface) dan dapat berkomunikasi satu dengan lainnya melalui radio jarak pendek. Beberapa terminal terlihat pada gambar 7.

Terminal-terminal pelanggan generasi ke tiga memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

- Built in microbrowser untuk meng-akses internet

- Modem tanpa kabel (wireless modem) yang kompatible dengan PDA dan laptop

- Built-in speakerphone

- Kombinasi built-in microbrowser, phone, pager dan two-way radio dalam satu peralatan.


Kompatibility Perangkat

Perangkat baik Terminal, BTS dan BSC dalam system CDMA bias kompatibel di segala generasi seperti terlihat pada tabel 2.


Kesimpulan

Di masa mendatang dibutuhkan akses wireless yang cepat, teknologi yang mampu menjawab

antangan tersebut adalah CDMA. C-phone dengan teknologi cdmaOne mempunyai jalur migrasi ke teknologi generasi ketiga yang jelas yaitu cdma2000. Untuk migrasi ke 3G, pada C-phone tidak perlu dilakukan perubahan platform, dan yang terpenting adalah semua infrastruktur baik BTS, BSC, MSC dan terminal pelanggan mempunyai kemampuan forward and backward compatibility.

Posted byfirman kurniawan at 10:16 AM 0 comments